BANGKALAN, maduracorner.id, Perluas syiar agama islam rahamatan lil alamin melalui cara-cara unik Gabungan Lora (Kiai Muda) se-Madura raya menggelar acara dakwah bersama Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) sebagai pentausiyah di atas kapal di selat Madura, Sabtu (05/11/2022).
Kegiatan ini merespon berbagai persoalan yang akhir-akhir ini bermunculan di Madura. Salah satunya persoalan terorisme yang kian menjadi perhatian setelah teridentifikasi adanya terduga teroris asal Madura di tangkap oleh tim anti Terorisme.

“Aksi-aksi teroris dan radikalisme di madura sudah mulai muncul. Jadi kita merespon melalui kegiatan positif untuk menebar pemahaman kepada masyarakat,” kata Pengasuh Ponpes Syaikhona Kholil, RKH Nasih Aschal (Ra Nasih).
Selain itu, tujuan kegiatan ini juga sebagai respon dari para masyarakat lantaran mulai redupnya keberadaan dermaga Kamal ini. Tujuan diadakannya acara tersebut sebagai bentuk perhatian para lora terhadap matinya dermaga di selat Madura.
“Jadi kita perihatin sehingga kita mendorong agar supaya dermaga ini bisa kembali hidup dan ramai seperti sediakala sebelum adanya jembatan suramadu,” terangnya.
Ra Nasih juga mengatakan, kondisi secara umum Madura masih terbilang aman. Sebab, masyarakat Madura masih berpegang teguh pada prinsip budaya leluhur.
“Kalau Madura itu memiliki pegangan hidup leluhur yaitu Buppa’ Guruh dan Ratoh. Tiga poin itu oleh masyaarakat Madura masih di pertahankan. Kedepan kita berharap semua element masyarakat, tokoh dan para ulama bisa bergandengan tangan saling mendukung pada pembangunan madura yang lebih positif,” imbuhnya.
Sementara itu, Gus Miftah mengungkapkan, kedatangannya ke Madura sebagai bentuk jawaban framing yang kurang menarik di luar sana tentang Madura.
Ternyata menurutnya, Madura tidak seperti yang diframmingkan di luar. Madura, kata dia, adalah suatu daerah yang sangat dinamis, terbuka tanpa harus melupakan warisan para leluhur.
“Madura sangat dinamis, tentunya ini akan membawa berita baik untuk Bangsa Indonesia. Jika ada yang bilang orang madura diragukan keNKRIannya, itu salah. Madura sangat NKRI dan sangat Merah Putih,” katanya usai tausiyah.
Selain itu, Gus Miftah juga mengatakan, kehadirannya juga memberikan motivasi, kiat-kiat, dan informasi kepada para lora agar mampu tetap eksis di era media sosial tanpa harus menghilangkan kultur pesantren.
“Hari ini mungkin saya yang lebih banyak berkecimpung di media, ketemu dengan mereka membagikan informasi bagaimana di era digital ini kita bisa tetap eksis tanpa harus menghilangkan kultur pesantren,” ucapnya.(ris).