
Maka diantara gegap gempita sepakbola ini, dunia pun berduka. Utamanya umat Islam tentu. Bahkan sebagai bentuk solidaritas, Timnas Algeria (Aljazair) yang dihuni para pemain muslim langsung menyumbangkan hadiah mereka ke warga Gaza dalam bentuk fresh money. Hal yang sama dilakukan oleh bintang Timnas Jerman, Mesut Ozil. Usai menghantarkan negaranya Juara Piala Dunia 2014, Ozil mempersembahkan hadiah uangnya sebesar 300 ribu euro plus 150 ribu euro dari Assosiasi Sepakbola Jerman untuk warga Gaza. Inilah salah satu bentuk solidaritas nyata dari bintang lapangan sepakbola untuk masyarakat Palestina yang terjajah oleh Israel.
Bentuk solidaritas terhadap Palestina ini sudah lama dan sering dilakukan oleh para pemain sepakbola. Tercatat juga bintang Real Madrid asal Portugal Christiano Ronaldo pernah melakukan yang sama. Selain sering melontarkan suara simpatik untuk Palestina, Ronaldo pernah secara nyata menyumbangkan uang sebesar 1,4 juta euro (16,77 milliar rupiah) untuk Gaza pada tahun 2012.
Disinilah momen itu sebenarnya terjadi. Ramang dkk ternyata ditempatkan 1 grup dengan Israel. Alhasil, Indonesia yang secara politis tidak memiliki hubungan diplomatic dengan Israel dan mendukung perjuangan Palestina, menolak bertanding melawan negara aggressor tersebut. Timnas Indonesia pun mengundurkan diri. Hal serupa diikuti Timnas Mesir dan Sudan yang berada di grup tersebut. Mereka mengundurkan diri karena tidak mau bermain satu lapangan dengan para pemain Israel. Hal ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas pada bangsa Palestina.
Bahkan yang lebih mengharukan, berkat suara dukungan Syekh Amin Al Husaini, juga menggerakkan hati seorang saudagar kaya raya asal Palestina bernama Muhammad Ali Taher. Apa yang dilakukannya? Subhanallah, sungguh luar biasa! Saudagar dermawan tersebut menyerahkan semua kekayaannya berupa emas dan uang miliknya yang tersimpan di Bank Arabia seraya berkata: “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia!”. Allahuakbar! Inilah bentuk nyata solidaritas sesama muslim.
Sebagai catatan, fakta tersebut tertulis di buku “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” yang ditulis M Zein Hassan Lc sebagai Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia. Buku ini pula diberi kata sambutan para bapak bangsa Indonesia saat itu, seperti halnya Moh Hatta (Wakil Presiden RI Pertama) dan M Natsir (Perdana Menteri RI).