maduracorner.id.Bangkalan – Madura, pulau di sebelah timur laut Pulau Jawa adalah pulau yang gersang dan tandus. Curah hujan sangat rendah. Mayoritas tanahnya berkapur dan tidak sedikit yang mengandung cadas. Pada musim kemarau, matahari seolah tak berjarak dengan kepala. Mata pencaharian utamanya nelayan dan tani. Tapi dewasa ini, karena kondisi alam yang sudah tidak menjanjikan dan ditambah dengan tuntutan hidup yang semakin meningkat, sebagian orang madura bermigrasi secara massif khususnya ke Pulau Jawa karena secara geografis paling berdekatan dengan Pulau Madura yang hanya dipisahkan oleh selat sepanjang 2.5 KM.
Pegunungan Garam Di Sebuah Perusahaan Garam Di Kalianget, Madura
|
Stereotipe secara sederhana dapat dikatakan sebagai pencitraan atau pelabelan secara diskriminatif dengan hanya menampilkan salah satu sisi atau sebagian kecil saja dari kebiasaan sebagian entitas dan kemudian digeneralisasikan secara membabi-buta terhadap keseluruhan entitas tersebut. Misalnya saja dalam kasus stereotipe orang Madura yang selama ini terkesan selalu diidentikkan dengan kekasaran dan kekerasan. Bahwa sebagian orang Madura kasar dan keras adalah sebuah fakta sosiologis yang memang sulit untuk dipungkiri. Akan tetapi pertanyaannya adalah apakah benar bahwa semua orang Madura itu keras dan kasar? Tidak adakah orang Madura yang lembut dan halus? Sekali lagi fakta sosiologislah yang berbicara bahwa ternyata tidak sedikit orang Madura yang berperangai halus dan berpembawaan lembut.
Penduduk Desa Daya Rapa, Di Bawah Kecamatan Omben
|
Stereotipe tentang orang Madura tidak hanya dapat dijumpai dalam kehidupan nyata sehari-hari. Dalam karya sastra pun stereotipe tersebut dapat menjelmakan dirinya. Salah satu karya sastra yang mengandung stereotipe orang Madura adalah Babad Tanah Jawi karya R. Ng. Yasadipura yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Amanah Lontar khususnya buku III yang akan menjadi sumber data dalam analisis ini.
Anak-Anak Di Desa Daya Rapa, Di Bawah KecamatanOmben
|
Kesan serupa dapat juga dilihat pada halaman 57 alinea pertama yang berbunyi:
“… Orang-orang kecil sangat takut kepada orang Sampang. Dandangwacana sampai di Kajoran, sikapnya sangat sombong. Negeri Pajang yang takluk diinjak-injak. Orang di dalam kota sangat takut dijarah orang Sampang …”
Anak-Anak Di Desa Daya Rapa, Di Bawah KecamatanOmben
|
“… Laporkan kepada Eyang bahwa saya tidak bermaksud melarang orang Madura menghadap ke Mataram. Ini semua karena gilanya orang Sampang yang tidak mau diperintah. Jika ada perintah agar mengerahkan orang Madura menyerbu ke Demung saya persilahkan. Jangankan siang, malam hari pun saya persilahkan …”
Dari sampel tersebut terkesan seolah-olah orang Madura tiada duanya dalam hal keberaniannya dan kesiapannya dalam menghadapi pertempuran. Di samping itu juga dapat ditangkap kesan seolah-olah orang Madura itu hobinya bertarung dan bertarung di mana saja dan kapan saja.